Antara Bunga Jalan dan Bunga Sejati

Bunga jalan,
datang silih bergantian, penuh warna mencolok mata
harumnya sergap di hidung menarik raga.

Namun siapa yang tau isi madunya.
Siapa yang tau madu pahit manisnya
Siapa yang tahu madu gizinya
Siapa yang tahu madu obat atau penyakit gawat

Bunga hati, engkau tumbuh dari benih terpilih
Tumbuh dri jiwa pengorbanan
Disiram dengan perjuangan
Dipupuk dengan do'a keikhlasan
Engkau mekar bunga cinta kesejatiaan

Manis madunya
Bergizi madunya
Penyembuh segala luka dan lara






Permata

Selepas pandang laut terbentang
Sekuat tekanan  laut terdalam
Bercakal bebatuan lumpur menghitam
Tampak kemilau tiada samar
Menampar muka
Memincing mata
Semakin menyilau membelah dada
Permata... permata... permata...
Pekik keras tanpa muka
Alih-alih pandang kumbang berjaga
Pantulnya jatuh di ujung dunia
@affanalm 29-03-2016

Lihatlah Dari Sudut Pandang Yang Lain! Lalu Kerjakan!

Betapa malu diri ini kepada para anbiya' kepada Rasulullah saw, sahabat-sahabat beliau, para tabi'in, para ulama terdahulu, dan bahkan orang di sekitar yang tanpa berfikir untuk beribadah, mengerjakan kebajikan, dan membantu sesama.

Betapa naif diri ini yang selalu menimbang-nimbang amalan, mempertanyanyakan, dan masih saja berfikir menghambat pengamalan.

Dulu, para sahabat ketika Rasulullah saw. memerintahkan sesuatu kepada mereka atau bahkan hanya karena Rasulullah melakukan, mereka langsung melakukan mencontoh sebisa mereka tanpa bertanya apakah itu amalan wajib atau sunnah. Sudah terbangun di hati mereka keimanan yang kuat lagi kokoh. Maka imanlan yang mendorong kita berbuat baik

Kenyataannya pada diri ini, berusaha membangun iman mengokohkan lagi menguatkan. Eh, dihantam sedikit saja godaan langsung roboh. Sejatinya iman memang bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Membantu orang lain saling tolong menolong, saling menasehati adalah kebaikan-kebaiakan yang Allah perintahkan kepada kita. Namun, kita sadari banyak sekali pertimbangan yang kita lakukan. Contoh kecil, ketika kita disuruh orangtua untuk membelikan sesuatu sedangkan kita lagi asyik ngegame misalnya."le.. tumbasne ibu cabe." Kita jawab, "Sebentar bu tinggal sedikit." Kita berfikir kalu ditinggal nanti gak jadi menang, gak bisa naik level. Mungkin juga kita berfikir nanti dululah, ibu masaknya juga masih nanti. Bahkan ketika posisi kita capek, habis pulang sekolah, atau posisi PW. kita bilang "Itu lho mas Fulan gak ngapa2xin."

Kita sering memandang pekerjaan dari satu sudut pandang saja. Andai saja fikiran kita langsung menuju pada kebaikannya. Kita berfikir membantu ibu termasuk dari usaha kita untuk berbakti keadanya. Berbakti kepadanya adalah sebuah kewajiban anak kepada orang tua. Kalau kita menentang kewajiban maka bedosa. Kita melihat dari sudut pandang yang lain. Jika kita bisa melihat sesuatu dari sudut pandang kebaikan, akan lebih mudah melakukannya.

Dari paparan di atas kita tahu dengan iman dan tidak memandang remeh suatu amalan atau kita bisa memandang dari sudut pandang kebaikan akan memudahkan kita untung mengerjakannya mengumpulkan tabungan amalan untuk membeli jannah-Nya. Lihatlah dari sudut pandang yang lain! Lalu kerjakan! Wallahu A'lam bishawwab.     

Tentang Pergi dan Kembali

Kembali... kembali pulang...
Begitu kiranya setiap makluk akan kembali
seperti burung yang akan kembali pulang,
setelah ia kenyang mencari makan
seperti kelelawar kembali ke sarang di pagi hari,
setelah berkelana di malamnya
seperti lebah bekerja mencari madu di bunga yang merekah,
dan akan kembali ke sarangnya
Begitu juga manusia...
manusia yang tercipta lemah...
walau tak selalu dapat apa yang ia inginkan,
tapi akhirnya hanya ingin pulang.

Sekiranya ada yang terlewatkan?
Bagaimana ia bisa kembali kalau tidak pergi?
Maka jika kau ingin kembali... 
Bepergilah... 
Fasiyruw... Berkelana... 
Fangdhuruw... perhatikanlah...
Begitu dengan jelas Allah perintahkan
Seperti halnya burung ia harus pergi untuk memenuhi kebutuhannya.
mencari makan untuk anak-anak dan dirinya
seperti kelelawar di malam yang kelam, ia harus pergi agar ia tetap bertahan hidup

Kiranya kau tak akan pergi...
tetap di rumah bersantai-santai...
nyaman di zona aman...
kau tak akan mendapatkan sedikitpun kemajuan
pergilah kau akan belajar...
pergilah kau akan tumbuh...
pergilah... pergilah... banyak orang menantimu...
kau dibutuhkan orang lain, seperti halnya kau membutuhkan orang lain

Setelah pergi itulah kau akan bisa kembali...
pulang..
terkadang kita belum bisa mendapatkan apa yang kita inginkan
tapi kita pulang duluan
terkadang pulang di luar terlalu menakutkan
kita pulang duluan
Baiklah, setelah cukup mengisi energimu di rumah
pergilah lagi... 
berkelanalah... perhatikan sekitar...
Berjuang... Berkorban...
Karena sejatinya kita akan kembali tiada lain tiada bukan hanya kepada-Nya
Kita kembali....