Hari pertama memasuki bulan Ramadan, bukan dari tadi subuh memulai puasa. Bukan pula dari waktu sahur. Bulan ramadan telah datang sejak maghrib menyingsing. Bulan baru telah datang. Tamu mulia telah menyapa.
Sejak saat itu amal ibadah dilipatgandakan, pintu surga dibuka selebar-lebarnya, pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, setan-setan dibelenggu, ampunan Allah tiada terbatas.
Sejak masuk hari pertama, sudah adakah niat untuk menambah amal ibadah ?
Sudah adakah memperbaiki amalan untuk mempersiapkan surga? Sudah adakah niat mengurangi habit buruk atau bahkan berhenti dari dosa? Sudahkah kita berhenti dari sifat-sifat setan yang terkadang kita tak sadar? Kedengkia? Kesombongan? Ketamakan? Sudahkah kita menyesali dosa memohon ampunan sebanyak-banyaknya?
Sejak masuk hari pertama, sudah adakah rasa untuk semangat beribadah? Ataukah hanya bahagia ikut euforia? Mengucapkan Marhaban Ya Ramadan di setiap lingkar, tapi lupa memberi jamuan pada tamu agung yang datang.
Sejak masuk hari pertama, sudah banyak yang dibersihkan mulai dari baju-baju muslim yang lama tak dipakai sembahyang hingga kasur yang dijemur agar lebih nyaman untuk tidur siang. Tidak salah membersihkan keperluan fisik. Tapi kita juga perlu bertanya masih adakah dendam yang menjerat hati hingga tak nyaman?
Sejak masuk hari pertama, bermacam keperluan dipersiapkan. Gula berkilo-kilo dibeli untuk memaniskan buka puasa. Semua makanan ada di simpan di lemari pendingin. Sedangkan infaq sudahkah ditambah untuk membantu sesama dalam masa wabah?
Sejak hari pertama ramadan, sudah banyak yang harus aku perbaiki, masih yang aku alpai. Lupa manusiawi, tapi sampai kapan jika tak diperbaiki. Aku bertanya untuk meminta kalian mengingatkanku. Sejak hari pertama ini kutuliskan #jurnalramadan sebagai langkah mencari hikmah, jejak untuk bertaubat, coretan untuk mencari kawan.
Semoga kita mampu menata ramadan kita sebagai kuliah untuk meraih gelar taqwa.
No comments:
Post a Comment