Betapa banyak dari kita yang berpuasa hanya mendapat rasa haus dan lapar, begitu kira-kira sabda Nabi saw. Jika boleh jujur pada diri sendiri, sudahkan sempurna puasa kita? Apakah kita menginsyafinya?
Barangkali kita perlu meningkatkan level puasa. Sebagaimana yang pernah diucapkan sahabat nabi Jabir bin Abdillah. Dengan begitu kita akan benar-benar merasa bahwa yang kita dapat dari puasa tak hanya haus dan lapar.
Puasakan mata, bersebab dari pandanganlah panah beracun iblis dilesatkan. Lalu, akan diperindah pandangan yang haram. Menjaganya dari pandangan yang haram akan menjadi sumber cahaya bagi hati.
Puasakan mulut, bersebab dari satu lubang saja dapat muncul seribu dosa. Dari mulut dapat timbul dendam tak berkesudahan. Menjaga mulut adalah menjaga hati. Menjaga hati adalah menjaga iman.
Puasakan telinga, bersebab dari mendengar yang dapat membentuk laku. Jika yang didengar buruk bisa jadi mentrigger diri untuk berbuat buruk. Menjaga telinga dari mendengar yang haram membuat diri terhindar dari niat buruk dan dosa.
Puasakan lintasan hati, karena banyak prasangka, syahwat, khayalan yang akan membawa pada laku dosa. Semua bermula dari hati. Meredamnya dari gejolak dosa, menyudahi khayal tak berguna, dan stop prasangka buruk pada saudara adalah kemerdekaan bagi hati. Jika hatinya baik, maka baik seluruhnya.
Semoga senantiasa kita dapat menjadi pribadi yang pandai menasihati diri. Menguatkan hati sendiri sebelum merengkuh kasih. Menjadikan Ramadan sebagai bulan perubahan, bulan mengupgrade diri.
No comments:
Post a Comment