Jurnal Ramadan - Ramadan Day #3

Ramadan tahun ini berbeda. Allah menguji kita dengan wabah tak kasat mata. Kita tak lagi bisa sebebas semula.Tapi bukan itu masalahnya, Ibadah kita juga dibatasi?
Ramadan semarak menjadi ramadan senyap.

Pawai anak-anak menyambut ramadan kini tak lagi ada. Orang bersuka cita menyambut ramadan di tempat wisata tak lagi diperbolehkan. Pasar kaget Ramadan juga ditiadakan. Kini tinggal ucapan "Marhaban ya Ramadan" di dunia maya saja.

Lebih sedih lagi, kami tak bisa shalat tarawih berjama'ah di Masjid. Kami sangat rindu berdiri di belakang imam yang melantukan indah kalam suci-Nya. Kami sangat butuh siraman rohani dari para da'i yang menggugah jiwa. Kami sangat bersemangat tadarus bersama-sama.

Kenyataannya, tinggal kita sendiri duduk termenung di serambi rumah. Menatap jalan hanya tampak lalu-lalang satu dua mobil saja. Ramadan semarak menjadi Ramadan senyap

Ingatlah teman! Ramadan tetaplah bulan mulia.Ramadan tetaplah bulan keberkahan. Ramadan senantiasa akan dirindukan. Ramadan tak pernah hilang dari semua keutamaanya.

Sekarang adalah Ramadan diri kita sendiridan Allah.Kita yang bisa menjadikannya semarak atau kita hanya menjadi buih yang berserak.
Kita shalat bukan lagi karena banyak orang yang berbondong-bondong ke Masjid. Kita tadarus bukan lagi karena ramai suara orang mengaji. Kita sedekah bukan lagi karena setiap masjid selalu terjadwal takjil.

Sekarang adalah Ramadan antara diri kita sendiri dan Allah. Banyak waktu kosongmu di rumah untuk mengaji, shalat sunnah, memperdalam ilmu lewat membaca atau lewat media elektronik lainnya dan kebaikan lainnya.

Semua dari kita punya waktu yang sama, tapi tak semua bisa memanfaatkannya. Semoga kita bisa menjadi hamba yang sukses menempuh madrasah Ramadan sebagai manusia yang bertaqwa.

No comments: